SOLO TOURING JAKARTA-DIENG PLATEAU, 10-12 November 2015



WELCOME TO DIENG PLATEAU, CENTRAL JAVA PROVINCE, INDONESIA


Dear Blogger, kali ini saya mau share solo touring saya dari Jakarta ke Dieng, Jawa Tengah tanggal 10 - 12 November 2015. Bisa dibilang solo touring kali ini modal nekat, karena perbekalan dan keputusan berangkat baru saya putuskan sore hari sehari sebelum keberangkatan saya (jangan ditiruu gann). Dengan segala pertimbangan, karena menunggu panggilan bekerja yang belum pasti, jadi saya putuskan untuk berangkat :D

Perjalanan Pergi

Here we go,
Saya berangkat dari rumah saya di daerah Pondok Aren, Tangerang Selatan sekitar pukul 5.00 WIB di tanggal 10 Nov 2015. Tepat sesudah azan subuh dan menunaikan panggilan Ilahi, saya keluarkan motor, panaskan, pamit bapak dan ibu (penting nih berooh). Dan cusss pergi sesegara mungkin. Rute yang saya lewati jalur Selatan Jawa, melewati Bogor-Puncak-Cianjur-Padalarang-Bandung-Garut-Tasikmalaya-Banjar- Cilacap-Banyumas-Banjarnegara-Dieng (Semoga urutan kagak kebalik).

Perjalanan dari Rumah ke Cianjur lumayan lancar dan cepat, dengan santai saya berkendara menikmati udara pagi yang segar sepanjang Puncak, dan saya memasuki Cianjur pukul 8.51 WIB, saya sempatkan untuk sarapan bubur ayam terlebih dahulu sebelum memasuki kota Cianjur :). Segera setelah itu saya melanjutkan perjalanan ke arah Bandung. Dari arah Cianjur ke Padalarang lumayan lancar, tapi memasuki Padalarang masuk ke Bandung,kemacetan menyebalkan tak bisa dihindarkan -_-. Belum lagi motor juga kiri kanan di apit Pannier aluminium Badak Hitam, ya jelas agak keteteran. Perjalanan kali ini juga saya sedang menguji perjalanan jarak jauh windshield custom CS-1 yang baru saya pasang beberapa hari sebelum berangkat ke Dieng. dan walau tidak besar, windshield ini ternyata cukup efektif menahan angin ke arah dada, namun mengarahkannya ke bagian leher sehingga saya menyempatkan untuk membeli buff saat memasuki Bandung cuma dengan 25rb sajah :)

Nah pas di Bandung, memasuki jalan raya Soekarno-Hatta saya, saya diberhentikan polisi di bundaran (saya lupa apa namanya, yang jelas bundaran ke jalan raya Soekarno Hatta), karena saya memasang stiker transparan hitam di plat nomor saya. Pak polisi meminta STNK dan SIM saya dan menyadari bahwa plat saya dari Sulawesi. Beliau sempat bertanya, 
Polisi: mau kemana?(sambil liat STNK yang pajaknya 2 tahun kagak dibayar)
Saya: ke Dieng pak, di Wonosobo.
Polisi: Jauh amat mas, ini pajaknya juga mati 
Saya: maklum pak rantau, sekalian jalan mumpung libur
Polisi: oke mas, tolong dicopot stiker transparan itemnya (ngasih ke rekannya)
Alhamdullilah kagak ditilang, mungkin karena kasian mau jalan jauh, sendirian, dan plat luar Jawa pulak


Motor TS pas mampir makan bubur di Cianjur, bisa dliat dari box pannier alumium kiri kanan motor dari Badak Hitam
Saya melewati Kota Bandung dan memasuki daerah Nagrek sekitar jam 11 siang, dan melanjutkan perjalanan memasuki Tasikmalaya. Memasuki Tasikmalaya, saya sempatkan untuk salat dzuhur dan tidur sebentar di pombensin kota tersebut, sekitar jam 12.15 siang. kira-kira 13.30  saya lanjutkan perjalanan. Nah nahan2 laper sepanjang jalan, milih2 makanan, mendekati banjar saya sempatkan mampir buat makan bakso dlu di warung bakso yang bisa saya dapati disepanjang jalan. Saat itu sekitar jam 15.25 WIB.


Bakso yang saya makan. Lupa nama warungnya apa, ya rasanya standar sih, tapi gak apa2 lah




Si tiger lagi nongkrong di depan warung bakso


Setelah itu saya lanjutkan perjalanan, dan memasuki Kota Banjar agak sore, jam 5 an sore. Sebelumnya jam 16.30 an saya sempatkan mampir salat dzuhur terlebih dahulu. Mungkin karena saya memilih santai jadi agak telah masuk Banjar nya. Sempetin mampir didepan gerbang masuk kotanya sembari minum air putih :D


Didepan Gerbang Kota Banjar
Perjalanan dilanjutkan memasuki Jawa Tengah. saya baru memasuki Wanareja, Cilacap jam 17.24 sore. Sempat mampir pinggir jalan buat minum, lemesin pantat, sambil nngambil foto buat timestamp (yang saya lakukan juga setiap kali berhenti, walau tidak di semua tempat saya berhenti). Saya pkoknya mengikuti Jalan Raya Nasional 3 (Keterangan di google). Perjalanan dilanjutkan, solat magrib sebelum daerah Genteng, Jawa Tengah. Jalan di Jawa Barat sepanjang Jalan Raya Nasional III ternyata lebih bagus di banding memasuki Jawa Tengah. Cukup menyiksa dan memerlukan perhatian ekstra seperti halnya di solo touring saya beberapa bulan sebelumnya saat menuju Jogja. Memasuki Banjarnegara, jalan nya mulus banget selepas Perempatan Jalan Raya Buntu, memasuki Jalan Raya Buntu-Banjarnegara dan tiba di pertigaan Jalanraya Ajibarang-Secang (dekat swalayan Aris) jam 21.05 malam. 
 



Pertigaan Ke Jl. Raya Ajibarang Secang, Dieng belok kanan


Selamat datang di Banjarnegara

Saya hanya mengandalkan gps dari Googlemaps aja buat memandu saya menuju ke Dieng Plateau. Nah karena saya ngikutin plang Dieng dari Banjarnegara, saya salah belok, jadinya saya naik ke Dieng dari jalur Banjarnegara, lewat belokan dari arah Surya Yudha Waterpark Banjarnegera yang notabene nya gelap dan jalannya amat sangat sepi, Entah apa nama jalanrayanya, yang jelas sangat asing dan bahkan saat saya tiba di Dieng, orang hotel mu gak tau nama jalan yang saya lewati . Saata saya naik hujan sudah turun, gerimis basah becek dan gelap menemani saya. Semestinya saya mengambil jalur dari Wonosobo yang lebih rame dan lebar jalurnya. Benar-benar lebih jauh, berkelok2 dan gelap, dingin dan berkabut. dibeberapa titik saya temui perbaikan jalan, dari yang ditutup setengah jalur ampe yang jalanny berbatu kerikil semua. awalnya saya amat ketakutan karena takut menemui hal2 buruk seperti begal, rampok ato makhluk halus. setengah jam pertama saya merasa seperti itu, namun saya berusaha menikmati perjalanan dan menghibur diri dengan bernyanyi sendirian ditengah hujan gerimis yang berkabut. 

Saya tiba di Dieng Plateau jam 00.00 tepat dengan keadaan menggigil karena hujan dan tangan basah karena sarung tangan kulit saya basah dan tidak mampu menahan dingin. Saat saya tiba diatas tidak saya temui sama sekali ada penginapan yang buka. Tiba2 seorang petani lokal menghampiri saya dan bertanya apakah saya melihat orang yang baru saja mencuri di kebunnya. Saya jawab tidak, dan dia heran dengan kedatangan saya yang cuma sendirian (ciee kayak jomblo), dan baiknya beliau berinisiatif membantu saya mencari penginapan saya saat itu juga. Akhirnya saya menginap di Losmen Bu Djono, yang cukup terkenal di kalangan backpacker mancanegara. Saya menginap di losmen tersebut, memilih satu kamar pribadi dengan shared bathroom, dengan harga yang murah, cukup Rp.75000,- sehari, . didalamnya disediakan sebuah kasur springbed dengan selimut tebal dan bantal2, namun selimut tidak mampu menahan dinginnya dieng, saya tidur dengan menggunakan sleeping bag saya, memakai buff diwajah, dan membungkus lagi diri saya dengan selimut tebal tersebut baru saya bisa tidur.

Losmen Bu Djono ini begitu nyaman dan bersih bagi ukuran saya seorang bujang petualang, dengan harga yang sangat murahh. Pemilik dan pengurus losmennya pun sangat ramah dan sangat welcome, sungguh tidak enak hati mengganggu tengah malam begitu :( . Losmen ini bahkan ada lohh di buku panduan travelling selevel Lonely Planet !


Kamar tempat saya menginap,abaikan berantakannya, maklum baru dipake tidur semaleman (foto pagi harinya), perhatikan sleeping bag dan selimut tebal yanga ada

Tampilan Losmen Bu Djono. tempat saya menginap :)


Di Dieng Plateau, Jawa Tengah
Pagi hari 11 November 2015, Saya bangun paginya agak telat, maklum baru tidur jam 1.30 pagi. jama baru bangun jam 8.30, sehingga tidak bisa menikmati sunrise (jangan ditiru berohhh !). Saya mencoba untuk mandi, namun dinginnya bikin saya gak kuat,jadi saya cuma sikat gigi, cuci muka pake pembersih muka dan siap2 mau jalan2.

Saya sarapan dilosmen ini, dan memesan sepiring nasi goreng mata sapi, ditambah dengan sajian sarden kalengan. FYI, saya kalo solo touring gini selalu bawa sarden kaleng siap makan, jaga2 kalo gak nemu tempat makan dijalan ato udah darurat banget laparnya. Nasi gorengnya enak lohh, mana saya juga laper lagi. seingat saya harganya cuma Rp.10.000,- sajah. Setelah sarapan saya bertanya dan sempat berbicara dengan pemilik dan pengurus losmen (saya lupa namanya bapaknya, maap pakk). Dan here we go, menjelajah Dieng Plateau !

Peta Tempat Wisata di Dieng Plateau dari Losmen Bu Djono :). Ada kontak person yang bisa pembaca hubungi, sapa tau mau ke sana :)

Tampilan dalam losmen Bu Djono, sederhana tapi bersih dan rapi loh.

Sarapan pagi ini. Nasi goreng, telur goreng, dan sarden kalengan (gak ada maksud promosi produk tertentu loh)

 Oke di mulai perjalanannya. Tempat pertama yang saya datengin itu namanya Taman Wisata Alam Telogo Warno, telogo Pengilon, yang dikelola Kementerian Kehutanan kalo gak salah. Di dalamnya ada 2 danau yang dipisahkan dataran tipis yang jika dilihat dari atas terlihat berbeda warnanya.

Tampilan depan pintu masuk Telogo Warno




Peta Wisata Telogo Warno & Pengilon

 Saya memasuki ke dalam lokasi dan memilih berkeliling disekitarnya. sekeliling wisata alam ini terdapat semacam jalur tracking mengelilingi danau, ya memang jalannya tidak terlalu bagus namun petunjuknya cukup lengkap. saya berhasil mengunjungi seluruh tempat yang ada di peta diatas.

Bagian pertama yang saya kunjungi adalam bagian bukit pantau diatas telogo warno nya. Saya tidak yakin apa namanya, tapi kalo gak salah sih Batu Rata namanya. Kelelahan karena riding hampir 18 jam lebih bkin ngos2an juga saat saya harus mendaki ke atas. Namun worthed,karena pemandangannya yang sangat bagus.

Plang arah menuju Batu Rata
 
Di Pinggir telaga


Jalan menuju Batu Rata, sayang banyak manusia dungu yang masih gak ngerti kegunaan tempat sampah

Tantangan utama dari seorang petualang solo adalah bagaimana ngambil foto diri sendirian. menggunakan apa yang ada disekitar, pake hape Asus Zenfone 5 semua foto saya ambil sendiri, bahkan dengan pose keren saya ;D. Ngos-ngosan ringan ke atas terbayar dengan pemandangan yang lumayan mantap dari atas. Bukit yang menunjukkan 2 telaga yang berbeda warna serta awan kabut tipis yang lewat diatasnya menjadi pemanis dialam ciptaan Sang Kuasa *puitis


Diatas Batu Rata. Terlihat kedua telaga yang berbeda Warna

Ini cincin untuk mu *entah buat siapa. wkwkwk


Pose Ts diatas Batu Datar. Liat Awannya. TS pemalu, muka ditutupi :V. Moto sendiri, hape ditaro diatas batu
Sedih TS pas diatas Batu Rata, ada pasangan yang foto bareng gtu pake tongsis, ampe sempet lirik2 saya pas lagi nyari posisi tepat untuk berpose di lokasi ini. Nasib Lone Ride :V. Tapi TS tidak iri, dengki, ampe mau bikin jahat kayak di sinetron kok ;p

Puas foto-foto diatas, saya memutuskan untuk berkeliling sepenuhnya lokasi wisata ini mengikuti jalur yang ada. dan memang pemandangan nya bagus. Petunjuk sepanjang jalan juga jelas.


Jalur dipinggir Telogo


Papan Petunjuk arah


Yang menarik, ternyata telaga ini digunakan warga sekitar sebagai sumber air untuk pengairan pertanian mereka, umumnya sayur mayur. Karena saya datang dipenghujung kemarau panjang, hal ini membuat air telaga agak berkurang dari sebelumnya, dan terdapat begitu banyak pipa-pipa air yang terhubung dengan pompa-pompa air dari mesin diesel yang menghubungkan telaga dengan lahan pertanian warga sekitar. Meski jalur traknya sempit beberapa kali saya menemui warga menggunakan motor melintasi jalur yang juga saya lewati. Jadi ngerasa kalah gagah gak bisa ikuta lewatin jalur ini pake motor juga :P. Sempat saya bertemu dengan 2 orang petani lokal yang sedang mengangkut mesin pompa menggunakan motor,dan saya sempatkan berbincang sejenak. Mereka begitu ramah menanggapi pertanyaan saya :D


Ts narsis lagi :V

Jalur dipinggir telogo

Mas2 warga lokal dengan motor mereka yang gendong mesin diesel. Terkesan dengan keramahan mereka :)


Nah, tempat saya kunjungi dalam tempat wisata ini antara lain Pesanggrahan Bumi Pertolo, dan Komplek Gua-gua. Di Pesanggrahan Bumi Pertolo itu terkunci rapat, dan dapat tercium bau dupa dari dalam bangunan tersebut. Mungkin menjadi tradisi sepertinya. Dan yang menarik, sepanjang menuju Pesanggrahan Bumi Pertolo ini di sepanjang tangga terdapat bunga-bunga cantik yang sedang bermekaran. Oya, saya sangat menyarankan bagi siapapun yang suka jalan-jalan, mau sendiri ato rame-rame, biasakan untuk tidak mencabut atau merusak apa yang ada dilokasi yang ada. Selain merusak keindahan, ingat dengan pantangan orang dulu, jangan suka membawa pergi benda-benda dari tempat asing yang kita kunjungi. Bisa-bisa tar ada yang ngikut lohh.. Cukup nikmati keindahannya, foto dan pergilah. Jangan meninggalkan jejak dan jangan merusak !


Pesanggrahan Bumi Pertolo

Bunga yang ada di sekitar pesanggrahan. Gak tau namanya apa tapi cantik :)

 Komplek Gua-gua yang ada yakni seperti Gua Jaran, Gua Batutulis, Gua Sumur, Gua Pengantin, dan Gua Semar. Nah di Komplek Gua-gua ini konon sering dipake orang-orang tertentu buat bersemedi. Seperti Gua Semar yang dulunya pernah digunakan Alm. Mantan Presiden Soeharto untuk bersemedi. Tiap Gua memiliki cerita dan legenda nya masing-masing,seperti yang ada difoto-foto dibawah ini.Oya, dtiap gua diletakkan satu patung dalam tokoh pewayangan yang mewakili tiap gua, bahkan ada salah satu gua yang di dalamnya memiliki mata air yang sering digunakan sebagai air suci dalam upacara keagamaan umat Hindu (saya lupa yang mana).


Batu Tulis




Gua Jaran




Legenda Gua Jaran

Patung dn Penjelasan Legenda Gua Jaran

Gua Sumur

Menuju Gua Pengantin

Gua Semar



Legenda Gua Semar

Puas berkeliling kompleks wisata ini, saya keluar dan berkunjung ke lokasi selanjutnya. Sebelum menuju Kawah Cikidang saya melewati Kompleks Candi Bima berfoto sebentar kemudian melanjutkan ke Kawah Cikidang nya.


Candi Bima
Lokasi selanjutnya yang saya datangi adalah Kawah Sikidang. Kawah ini merupakan kawah dengan uap panas dan sumber air panas yang masih mendidih, mirip-mirip Ciwidey namun lebih kecil. Oya saya lupa, Kawasan Dieng Plateau merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi Geothermal yang cukup besar, sehingga di wilayah ini didirikan Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal. Lokasi nya menarik, sayang dikotorin oleh banyak nya sampah yang tertinggal oleh pengunjung. Saya menemui beberapa wisatawan asing, baik yang berwajah oriental Asia hingga berwajah Kaukasian. Saya menyempatkan berfoto didekat dan diatas kawah, dan lagi-lagi bertemu dengan pasangan yang berduaan menikmati pemandangan -_-. Dan lagi-lagi saya sendirian berupaya berpose dengan bantuan lingkungan sekitar.


Plang Kawah Sikidang

Menuju Kawah Sikidang. Orang-orang yang ada di foto sepertinya wisatawan asing dari Asia, dari logat yang saya dengar sih sepertinya Taiwan atau RRC

Welcome to Kawah Sikidang

TS ditengah2 asap belerang dari kawah


TS berpose dengan latar belakang kawah dan asap belerang dari Kawah Sikidang
Puas dari Kawah Sikidang, saya beranjak ke lokasi selanjutnya, yakni kompleks Candi-candi Dieng. Pada kompleks ini terdapat berbagai macam Candi, Yakni Candi Setyaki, Candi Gatot Koco, dan yang paling besar Kompleks Candi Arjuna. Di depan komplek candi-candi ini sebenarnya terdapat semacam Museum Candi-candi Dieng dan semacam Visitor Center, namun saat saya ketempat ini, museum dan Visitor Center nya sedang tutup. Saat saya tiba ke komplek candi, hujan gerimis turun, dingin mulai terasa lebih menusuk padahal saat saya di Komplek Telaga Worno, cuaca cukup cerah. Akhirnya daripada basah dan kedinginan saya memutuskan melapis jaket dan pakaian saya dengan jas hujan lengkap. 


Candi Gatot Koco

Candi Gatot Koco

Jalan ke dalam Kompleks Candi

Persimpangan ke Telaga Balaikambing. Sayangnya akibat penggunaan air berlebih untuk pertanian saaat kemarau panjang, Telaga ini mengering dan sangat dangkat serta ditutupi eceng gondok

Candi Setyaki

Candi Setyaki

Candi Arjuna

Plang Candi Arjuna


Oke, puas keliling saya kembali ke parkiran Kompleks Candi, dan salat di musholla samping Visitor center. dan Saya sempat berbincang dengan tukang parkir tentang begitu banyak nya bunga kembang Kecubung. Saya sempat bertanya dengan segitu banyaknya Kecubung dsini apa tidak ada yang menyalahgunakan? Ternyata si Tukang Parkir pernah mencoba sekali dan teler selama hampir seminggu sodara2 ! sejak itu dya gak mau make lagi katanya, selain telernya yang sangat lama juga dia sadar dengan bahayanya, apalagi pernah ada temannya yang tewas akibat bunga tersebut. Dan beliau bercerita katanya pernah ada orang dari Jakarta iseng minta dimasakin mi dicampur kecubung. Akhirnya teler 3 hari katanya, mana sambil berkendara lagi. Emang hebat bunga dengan senyawa alkaloid kuat ini. Sayang saya gak foto si abangnya, karena hape saya lowbatt :p

Karena hp lowbatt, jadi saya kembali ke losmen sekitar jam 1 siang, niatnya mau mandi,makan cash hp baru lanjut jalan lagi. Saya mandi sekitar jam 13.30 siang, tapi dinginnya minta ampunn ! Saat saya mandi saking dinginnya, segera setelah saya membasuh badan saya, keluar asap dari mulut saya, serta saat saya buang air kecil, begitu air seni saya menyentuh kloset langsung keluar uap !

Nah setelah mandi, saya memutuskan untuk makan siang. Saat makan siang saya bertemu dengan seorang Bule Perancis yang menetap di Kanada, yang baru saja datang, dan telah berpetualang ke Sulawesi dan Jawa. Baru tiba dari Jogja, dan setibanya di losmen sempat berbincang dengan saya. Berhubung saya pernah tinggal lama di Sulawesi ya jadinya saya cukup nyambung berbicara dengan dia

Jam 3 an saya memutuskan untuk melanjutkan jalan2nya, tapi sebelumnya saya ke bengkel motor trail dekat losmen untuk mengencangkan rantai motor saya. Lokasi selanjutnya yang dituju adalah Danau Merdada. Saat saya beranjak, cuaca sedang sangat mendung sehingga Dieng sedang diliputi Kabut. Saat tiba di Danau Merdada pun Cuacanya sangat berkabut. 


Menuju Kawah Merdada

Pemandangan Danau Merdada
Sayangnya, lagi-lagi karena penggunaan air danau yang berlebih demi pertanian, air Danau Merdada jadi begitu surut saat saya datang. Bahkan dipinggir danau yang surut dijadikan lahan pertanian, amat disayangkan sebenarnya, tapi tidak menghilangkan kecantikan danau Merdada.

Berpindah dari Danau Merdada, saya ingin Berkunjung Ke Kawah Sileri dan Air Terjunnya. Sayang, saya kira jalan akses nya sebagus jalan akses disekitar kawasan candi dan Telogo Worno, tapi ternyata begitu rusak dan berbatu, keadaan ban motor belakang yang gundul menciutkan nyali saya. Saya hanya sempat berfoto di Kawah Sileri saja, dan mengurungkan niat ke Air Terjunnya setelah berbincang dengan warga lokal, yang ternyata juga pernah bekerja di Kendari, Sulawesi Tenggara, yang menceritakan kondisi jalan menuju air Terjun yang tidak begitu bagus. Saya hanya melihat Kawah Sileri dari Gardu Pandang nya saja, tapi tidak membuat saya kecewa karena pemandangan menuju kawahnya sudah cukup indah untuk menghibur saya.


Menuju Kawah Sileri, tampak asap uap panas dari Pembangkit Geothermal

Peringatan pada Gardu Pandang Kawah Sileri dan Kawah Sileri di belakangnya.

TS lagi selfi dgn latar belakang Kawah Sileri. Ini foto sendiri loh dgn bantuan Gardu Pandangnya :p
Beranjak dari Kawah Sileri, saya bergerak menuju Kawah Candradimuka untuk mengejar waktu sebelum maghrib tiba. Saya kira jalannya lebih baik, ternyata mendekati Kawah, jalannya hanya berbatu-batu besar yang sangat licin sehingga menyusahkan saya mengontrol gerakan motor. Separuh jalan saya memutuskan memarkir motor saya dpinggir jalan dan melanjutkan dengan jalan kaki. Cukup jauh dan menanjak, sekitar 10 menit berjalan ke atas baru saya tiba diatas. Agak sedikit malu karena saat saya berjalan ke atas saya temui beberapa orang menggunakan motor bebek atau matic untuk menanjak dan turun melewati jalan berbatu ini. Tapi tak apa, lagipula saya memang tak suka mengambil resiko yang gak perlu :). Kawah Candradimuka mirip dengan Kawah Sileri, yakni kita tidak bisa mendekati bibir kawah secara langsung seperti halnya di Kawah Sikidang, kita hanya bisa melihat dari atas Kawah Candradimuka melalui pinggir tebing diatas kawah atau Pos Pandangnya.



Selfi dilokasi parkir motor sebelum jalan kaki nanjak ke atas. saya parkir di sisi sebelah kanan saya


Kondisi jalan Menuju Kawah Candradimuka

Plang pengembangan fasilitas di Kawah Candradimuka

Kawah Candradimuka
Puas di Kawah Candradimuka, saya kembali ke Losmen. Cukup jauh jarak antara Kawah Candradimuka ke Losmen, sekitar 9 kiloan kalo gak salah, saat dijalan saya mengambil lagi beberapa foto, satu foto tulisan peringatan larangan buang sampah yang lumayan mengocok perut dan satunya foto pemandangan dari Pembangkit Geothermal di senja hari :)


Plang peringatan larangan buang sampah sembarangan. Bagi yang gak tau terjemahannya kira-kira: " Yang buang sampah disini matanya buta/picek, orangnya ngeyel kayak anj*ng". haha

Pemandangan dari Pembangkit Geothermal di Dieng Plateau



Oke, setibanya di dekat losmen saya memutuskan untuk makan malam dan kemudian berfoto di plang SELAMAT DATANG di DIENG di malam hari. Makan malam saya sederhana, cuma sepiring nasi hangat dengan sayur dan gule ati ampela ditambah tes panas. Cocok menemani saya dimalam dingin ini. 


Menu makan malam di Dieng :D

Malam Dingin Dieng Plateau
Malam hari saya akhiri dengan beristirahat penuh dikamar saya, karena keesokan harinya di pagi hari saya harus bergegas pulang ke Jakarta, tanggal 13 nov 2015 saya ad acara yang harus didatangi terkait pekerjaan saya  :(

Perjalanan Pulang Dieng Plateau-Jakarta, 12 November 2015
 Pagi hari 12 November 2015, saya pulang ke Jakarta. Saya keluar dari losmen sekitar pukul 8 pagi dengan sebelumnya sarapan terlebih dahulu di losmen dengan menu seperti dihari sebelumnya. Diperjalanan pulang kali ini saya melewati Jalur Turun melewati Wonosobo, melewati jalan aspal halus yang membentang dari Wonosobo ke Dataran Tinggi Dieng. Sebelum pulang saya sempatkan membeli buah manisan khas Dieng yakni Manisan Buah Carica. Jalur turun dari Dieng menuju Wonosobo merupakan jalur dua arah di lereng gunung, jalur turun dari atas Dieng ke Wonosobo pas berada dipinggir Jurang. dan cukup membuat saya yang sedikit memiliki phobia ketinggian deg2an dibuatnya.

Gerbang Selamat Datang dari arah Wonosobo menuju Dieng Plateau

Pemandangan dipinggir jalan menuju Wonosobo
Perjalanan dari Dieng ke Bandung saya tempuh cukup cepat mengingat saya agak terburu-buru untuk mengejar acara saya di hari selanjutnya. Saya berangkat dari Dieng jam 8 pagi,dan tiba di Bandung jam 18.00 sore. Benar-benar kebut2an yang sangat seru antara saya, mobil pribadi dan bus-bus besar sepanjang dari Wonosobo hingga memasuki Banjar. Saya sempat beristirahat agak lama saat salat, mengganti kampas rem belakang di daerah Banjarnegara, dan makan siang di rumah makan dekat perempatan Rawalo. Kampas rem belakang saya beli di bengkel resmi Honda yang saya temui di jalan, lalu saya pasang dibengkel non resmi yang cukup meyakinkan. Makan siang di Rawalo cukup memuaskan, dengan uang tidak sampai 20rb saya membeli dua porsi makanan, satu saya maka untuk makan siang, satu saya makan saat tiba di Bandung,


Ganti kampas rem belakang di Banjarnegara

Makan siang di Perempatan Rawalo


Cuaca saat saya berangkat cukup cerah di Dieng, namun memasuki Ciamis hingga ke Bandung saya di sambut hujan, dari cukup ringan hingga sangat deras, terutama saat memasuki Nagrek. Jalanan dipenuhi tanah coklat dan basah akibat hujan deras serta lalu lintas yang cukup padat membuat saya sangat berhati-hati, karena ban belakang saya memang sudah botak -_-.. Setiba di Bandung saya tidak langsung lanjut ke Jakarta, karena saya yakin jika saya memaksakan diri, akan terjebak macet di dalam Kota Bandung, di perempatan CIleunyi saja begitu rapat. Akhirnya saya berhenti untuk salat dan makan malam di salah satu SPBU besar di Jalan Raya Soekarno Hatta. saya menghabiskan waktu untuk beristirahat di SPBU ini sampai jam setengah 12 malam. saya memilih agak larut agar sepi saat menuju Jakarta, namun tetap saja saya temui kemacetan dari Bandung menuju Padalarang -_-


Menu makan malam di Bandung

Penunjuk Jalan di Cimahi, jam setengah 12 malam
Ada kejadian lucu saat saya sempat mampir di Alfamart yang ada disalah satu SPBU di Padalarang. Saya beristirahat saya membeli minuman berenergi, entah karena saya ngantuk mungkin, saya membaca tanggal kadaluarsa seolah2 sudah kadaluarsa, padahal masih setahun lagi dan mengkonfrontir hal tersebut ke kasir. Terlanjur tengsin, saya langsung keluar dengan wajah menahan malu -_-

Saya tiba di Puncak sekitar jam 2.30 pagi tanggal 13 nov 2015, sialnya mgkn karena lelah, motor saya jatuh secara tidak sengaja saat berhenti di SPBU besar di Puncak. Hal tsb membuat stang saya tinggi sebelah. Saya melanjutkan perjalanan ke Jakarta via Bogor, dan terjadi hal yang agak berbahaya. Saat berkendara, saya sempat setengah tertidur, tiba2 saya melihat tembok cahaya yang tinggi menjulang ke atas tidak jauh di hadapa saya. Saya yang setengah ngantuk dan kayakny berkendara sambil tidur saking sepinya jalanan di dini hari sangat kaget dan terkejut, dan mengerem mendadak hingga motor saya berhenti mendadak. Begitu saya perhatikan ternyata itu hanya efek dari lampu jalanan dan debu yang terbang keatas akibat hujan ringan yang baru saja terjadi -_-. Saya sadar, ini peringatan bahwa saya harus tidur, sehingga saya memutuskan untuk tidur di SPBU dekat perbatasan antara Bogor dan Depok di Jalan Raya arah Parung. Saya yang begitu lelah langsung tertidur didepan musholla, dengan masih menggunakan seluruh perlengkapan riding saya. Saya tertidur sekitar sejam, dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju rumah. Akhirnya saya tiba tepat sebelum adzan subuh berkumandang di rumah. Alhamdullilah :)

Penutup

Perjalanan kali ini sangat berkesan, dan sama2 menyenangkannya seperti saat saya solo touring dengan motor saya ke tempat-tempat lain sebelumnya. Bagi yang ingin touring ke Dieng Plateau, saya sangat menyarankan untuk datang di akhir musim hujan, diwaktu peralihan antara musim hujan ke kemarau, agar dapat menikmati cuaca cerah diperjalanan, menghindari resiko longsor di daerah-daerah sekitar Dieng Palteau dan menikmati pemandangan yang lebih baik dari saya, karena pada masa-masa yang saya sarankan diataslah saya perkirakan telaga-telaga di Dieng Plateau akan memiliki debit air yang agak lebih tinggi. Kemudian saat naik keatas apalagi pada malam hari saya sangat menyarankan untuk melewati jalur dari Wonosobo, karena jalannya sangat halus dan suasana saya yakin cukup ramai saat malam.

Semua dokumentasi menggunakan hp ASUS ZENFONE 5 milik Ts :)
Dieng, Negeri Diatas Awan :)











Comments

  1. senang baca tulisan mu bro..
    kl sempat ke jogja atau magelang blh kabari.
    kbtulan sy dr kendari jg.

    id line wahyu.777

    ReplyDelete
  2. mantep bro
    desember 2016 kmrn sy jg solo touring ke dieng
    jalurnya jg sma
    harusnya ke wonosobo dlu baru ke dieng
    tp mantep lah

    ReplyDelete
  3. Mantaaaap...Nice info! Insya Allah saya dan teman kantor (bertiga) jg mau riding ke dieng tgl 28 april 2017 :)

    ReplyDelete
  4. Mau tanya itu abis berapa bensin? Motor saya ncb150r, ya sama lah konsumsi bensinnya gJauh beda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ane hbis 250rb pertamax gan pp dari krw

      Delete
  5. Nice gan ceritanya, jadi pengen touring ke dieng

    ReplyDelete
  6. Jeren... Video_in buat di youtube

    ReplyDelete
  7. Keren tulisannya padat dan mudah di mengerti seakan kita ikut di dalam cerita. Salam mas

    ReplyDelete
  8. Mantab bro,saya juli ini rencana solois motor kedieng

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts