Touring Motor Makassar- Malino High Plateau, 5-6 Desember 2015




Holaaa, kali ini saya mau menceritakan pengalaman saya touring motor ke daerah Malino, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan. Akhir tahun 2015 kemaren saya sudah mulai kembali bertugas di Makassar, Sulawesi Selatan. Saya yang masih bujang alhamdullilah dapat rumah dinas dari kantor yang khusus bujang, jadi saya tinggal bareng dirumah dinas itu dengan pegawai laki-laki yang masih bujang. Nah salah satu dari kami (kami tinggal bertiga dirumah) bakalan mengakihir lajang nya di  tanggal 18 Desember 2015. Nah jadi sebelum lepas bujang kita bertiga inisiatif buat jalan-jalan dulu bertiga.


Kami berangkat dari Makassar, dari rumah dinas kami tepatnya jam 8.30 pagi ingat saya. Agak siang karena pada bangun siang, maklum hari libur dan sempet bimbang paginya. akhirnya kita nekat berangkat ajalah karena emang udah  janjian dari awal. Setelah sarapan dan siap-siap sebentar baru kita berangkat. Kita pake 2 motor, saya pake motor honda tiger saya, dan 2 orang rekan saya  pake motor honda revo. Here we go.

Perjalanan Menuju Malino
Jalur yang kami lewati adalah dari makassar, lewat hertasning baru menuju Gowa, lalu lurus mengikuti Jalan Poros Malino. Kira-kira hampir 70 km lah kalo dlihat dari google maps. FYI, Malino itu adalah nama kelurahan di Kecamatan Tinggimoncong, Kab. Gowa, yang emang udah dari jaman Belanda terkenal sebagai tempat peristirahatan dan rekreasi bagi orang-orang dari daerah sekitar.


Jalur perjalanan menuju Malino
Saat dari Makassar dari Gowa sudah lumayan padat jalurnya, mungkin karena kami juga udah agak siang berangkatnya. Kami menyempatkan sejenak mampir di salah satu kantor rekan kami di Gowa, dan dikantor tersebut bunga Amarylis, yang kemaren lagi ngetren dan akhirnya diancurin tamannya ama anak-anak muda bodoh penggila selfie, sedang mekar di kantor rekan saya ini. Kami mampir sekitar 15 menit sebelum melanjutkan perjalanan ke Malino.


Kantor rekan saya yang di Gowa. Letaknya di Jalan Poros Malino juga


Bunga amarylis. cukup di liat, gak usah dicabut apalagi diinjek-injek
Setelah itu perjalanan dilanjutkan kembali. Perjalanan ke arah Malino sepenuhnya mengikuti jalan Poros Malino saja. Melewati jalan poros ini berarti ada melewati beberapa lokasi yang cukup ramai seperti Kampus Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, kemudian RINDAM VII Wirabuana di Pakatto, dan Dam Bilibili. Jalanan menuju malino cukup berkelok-kelok, dengan keadaan jalan bergelombang dengan lubang-lubang yang kadang cukup besar, sepertinya akibat aktivitas truk-truk besar pengangkut pasir yang banyak menambang disepanjang aliran Sungai Jeneberang yang di bendung di Dam Bilibili. Semakin ke atas, semakin kecil jalannya. Meski marka jalan pemisah jalur terlihat memisahkan dua jalur kendaraan, nyatanya terkadang satu jalur tidak cukup untuk melewatinya, jadi kadang sedikit mengambil badan jalan arah berlawanan. Jadi saya sarankan untuk berhati-hati sekali, apalagi saat melewati tikungan-tikungan tajam yang sempit.

Kami tiba di plang nama Malino, tanda kami sudah sangat mendekati kelurahan Malino pada pukul 10.46 pagi. jadi hampir 3 jam lah perjalanan kami ke atas. Kami segera meneruskan perjalanan hingga melewati hutan pinus Malino, dengan tujuan terlebih dahulu ingin mengunjungi kebun teh Malino, namun karena ditengah-tengah jalan hujan deras turun, jadi kami urungkan niat ke kebun teh tersebut dan memutuskan terlebih dahulu untuk mencari penginapan untuk beristirahat sejenak sebelum berjalan-jalan disekitaran kelurahan Malino. Saya lupa nama hotelnya, tapi tidak jauh dari hutan pinus Malino, berwarna kuning. Ada kamar harga Rp.100.000,- 150.000, dan kmudian 200.000. Kami bertiga memilih kamar 150.000 saja. dan ternyata dengan harga cukup murah kamar yang kami dapat cukup bagus. Segera kami merapikan dan beristirahat sejenak. Dihotel itu kami memesan makan siang, saya memesan nasi goreng dan satu orang teman saya memesan indomi. saayangnya rasa makanan yang kami pesan jauh dari enak. Nasi goreng yang saya makan sama sekali tidak berasa apa-apa, hanya rasa nasi ditumis dengan saus sambal murah ditambah telur mata sapi yang sama sekali tidak diberi garam. Mie instan yang dipesan teman saya pun mi nya tidak matang, seperti tidak direbus bersama dengan telur rebusnya dan hanya direndam saja dengan air panas. Tapi tak apalah, daripada perut kosong dan badan lemas :D


Selamat datang di Malino :D

Kelurahan Malino



Menuju hutan pinus Malino
Setelah makan siang, karena hujan agak deras jadi kami santai-santai dulu di lobi hotelnya sekitar setengah jam, baru kemudian kami melanjutkan perjalanan berkeliling sekitar Malino. Tempat pertama yang kami tuju bukanlah hutan pinusnya tapi Air Terjun Takapala. Sekitar setengah jam dari hotel kami, kami tiba di air terjun jam 2.15 sore, jalan menuju tempat ini bervariasi, dari aspal halus hingga jalan tanah saja yang begitu licin.. DI air terjunnya bahkan jalan menuju kesana sudah hancur dan hanya berupa jalan tanah yang sedikit dikeraskan dengan batu-batu. Jadi saat tiba di air terjun tersebut kami tidak parkir tepat di dekat pintu masuk, namun beberapa ratus meter dari pintu masuk utama. Saya sarankan untuk tidak ke air terjun ini jika hujan deras sudah berlangsung, karena sangat berisiko longsor. Orang lokal yang kami temui sempat bercerita bahwa beliau pernah tertimbun longsor sebelumnya.

Pemandangan menuju dan di Air terjun ini sangat indah dan dingin, bahkan saat kami tiba cuaca mendung memunculkan cukup banyak kabut yang menutupi puncak air terjun ini. Sebelum bisa melihat dari dekat,kita akan anak-anak tangga yang melewati perkampungan kecil dengan banyak penginapan agak gak jelas kiri kanannya, disarankan untuk mengabaikan orang lokal yang berniat mengantarkan anda mendekati air terjun agar tidak dikenai duit tips nembak, saran yang kami dapat dari orang lokal sebelumnya.

Pemandangan menuju Air Terjun Takapala


Air terjun takapala dari pintu masuk


puncak air terjun yang ditutupi kabut



tangga naik mendekati air terjun


Air terjun dari dekat

Karena hari sudah gelap dan hujan deras akan turun, jadi kami memutuskan untuk kembali ke hutan pinus, sempat terhambat karena hujan deras kami memutuskan berhenti dan berteduh sejenak di masjid yang kami temui di perjalanan kembali sembari salat ashar terlebih dahulu.

Segera setelah itu kami mampir dihutan pinus Malino. masuknya sangat murah cuma Rp.3000,- per orang, dan didalamnya terdapat beberapa pondokan kecil untuk berteduh, ada juga orang lokal yang menyewakan kuda poni untuk ditunggangi namun tidak kami ketahui berapa biayanya karena kami tidak menunggang. Cuaca cerah paska hujan menambah sedikit keindahan di hutan pinus ini. Sayang, masalah klasik di tempat wisata Indonesia saya temui kembali, yakni banyaknya sampah yang berserakan.

Hutan Pinus Malino


Hutan pinus malino


Bunga sejenis amarylis dengan corak yang berbeda


Bunga sejenis amarylis dengan corak yang berbeda
Seusai dari hutan pinus ini kami beristirahat di musholla dekat hutan pinus sambil nunggu magrib, lalu makan malam diwarung-warung depan hutan pinus, ambil atm dan isi bbm lalu kembali ke hotel untuk beristirahat.

Perjalanan Pulang- Mampir Dam Bili-bili


Kami kembali ke Makassar ke esokan harinya, berangkat dari penginapan kami jam 8 pagi. Perjalanan turun dari Malino ke Makassar terasa lebih cepat. Kami tiba di pusat jajanan kuliner pinggir danau Dam Bili-bili jam 9.22 pagi. Niat awal ingin makan di pusat jajanan, tapi kami urungkan niat dan malah berjalan lurus hingga ke pinggir danaunya. Pemandangan indah sekali, sehingga kami bertiga jadi betah berfoto.Ternyata dipinggir danau ini ada pengepul ikan yang menjual ikan air tawar tangkapan orang lokal di Dam Bilibili. Kami menghabiskan 60 rb untuk membeli beberapa ekor ikan gurame berukuran besar dan beberapa ikan gurame berukuran kecil. Pemandangannya indah banget, gak nyesel deh mampir walau harus panas-panasan. Setelah dari pusat jajanan, kami mampir ke atas dam nya, cuma tidak sampai ke kantornya karena panasnya cuaca diatas tanggul, motor kami tidak boleh melintas dan memasuki jalan diatas tanggul, itu yang membuat kami mengurungkan niat untuk mencapai kantor tanggul.


Pemandangan Danau Bilibili

Tunggangan Ts dengan latar belakang danau

Foto landscape pemandangan danau bilibili

TS dan 2 orang teman dalam touring kali ini

Ikan gurame besar tangkapan nelayan lokal

Ts berpose dengan ikan yang dibeli langsung dari nelayan lokal. cuma habis 60rb loh ikan sebanyak itu

Dari atas tanggul bilibili
Penutup
Kami kemudian meneruskan perjalanan kembali ke Makassar, dengan terlebih dahulu singgah makan siang di Warung Coto Makassar (kalo tidak salah namanya Warung Coto Dg Tata) yang ada di Jalan Poros Malino yang kami lewati, sekitar jam 12 siang. Tiba di mess sekitar jam 1 siang, dengan trafik ke dalam kota makassar cukup lancar. Pulang kami langsung beberes, kemudian membersihkan ikan segar yang kami beli di dam bilibili karena kami akan hidangkan untuk makan bersama anak muda kanto :)

Semua foto didokumentasikan menggunakan ASUS ZENFONE 5 punya Ts :)

Comments

  1. jalanx udah bagus skrang nnti klo ke makassar jgn lupa singga di kantor yah mas...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts